Mereka digambarkan sebagai satu kelompok aktivis-peretasan (hacktivist)  anarkis tanpa pemimpin, yang pernah membuat ambruk situs Mastercard,  Visa dan PayPal setelah ketiga perusahaan ini memutuskan tali layanan  keuanganya kepada WikiLeaks. 
Namun di balik Anonymous, koran Inggris the Guardian  mendapati bahwa sebenarnya organisasi itu lebih hirarkis dengan agenda  laten yang dibawa sekelompok peretas sangat terampil yang  mengkoordinasikan serangan cyber belakangan ini. 
Kelompok rahasia yang mengoperasikan jejaring Anonymous itu juga  berada di balik serangan terhadap laman Gawker di Amerika Serikat akhir  pekan lalu, demikian beberapa dokumen yang ditelitiGuardian. 
Serangan itu membuat alamat email sekaligus kata sandi (password)  milik lebih dari 1,3 juta pengguna Gawker dibocorkan ke publik.  Serangan cyber itu juga berada di balik bombardemen pesan sampah (spam) ke situsTwitter. Kedua kejadian ini kini sedang diteliti FBI. 
Dalam kurun 10 tahun terakhir, Anonymous juga mengorkestrasi Operation Payback,  yang menyerang Visa, MasterCard dan PayPal karena mereka telah memutus  nadi layanan keuangan kepada WikiLeaks setelah ditekan oleh pemerintah  AS. 
Mengingat komposisi dari kelompok ini dihuni oleh orang-orang  muda, para pengamat memperkirakan bahwa serangan akan meningkat lebih  hebat lagi pekan mendatang setelah para pelajar dan mahasiswa memasuki  libur Hari Natal. 
Sejumlah anggota Anonymous telah mengontak Guardian untuk menerangkan motif dan bagaimana kelompok ini beraksi. 
Kendati  beberapa diantaranya bersedia mengungkapkan identitasnya kepada  Guardian, namun tak seorang pun dari mereka yang bersedia namanya  dipublikasikan karena takut mendapat reaksi tak menyenangkan dalam  kelompok peretas tersebut. 
Salah seorang anggota kelompok itu berkata bahwa pusat komando dan kontrol organisasinya hanya mengundang. 
Dia  menambahkan, "Ini dilakukan demi melindungi orang-orang, tapi jika Anda  terbukti dapat dipercaya maka Anda akan diundang dan tidak sulit untuk  mendapatkannya." 
Kelompok ini tidak merupakan struktur yang  elitis, agar pers dan penegak hukum tidak mengetahui siapa yang  mengomandani isu-isu mereka. 
Para anggota kelompok ini dan para  pakar seperti Gabriella Coleman, profesor dari Universitas New York yang  mengamati Anonymous, menaksir bahwa sekitar 1.000 orang menjadi anggota  utama jejaring itu dan membiarkan komputer-komputer mereka siap sedia  untuk serangan cyber terkoodinasi. 
Namun mayoritas anggota  kelompok ini --sekitar 99 persen-- sebenarnya tak memiliki pengaruh  terhadap arah atau strategi kelompok peretas ini. 
"Proyek kami  tidak memiliki struktur kepemimpinan, hanya peran-peran yang berbeda.  Derajat kepemimpinan dan organisasi di berbagai proyek berbeda satu sama  lain," kata salah satu dari "orang dalam" di organisasi itu kepada  Guardian. 
"Semua sangat awut-awutan, namun kami berkomunikasi dan  bekerjasan satu sama lain. Saya melihat kami sebagai sel-sel berbeda  dalam organisma yang sama," sambungnya. 
Para pemimpin kelompok ini menggunakan teknologi internet relay chat (IRC) yang membuat kawanan orang bisa berkomunikasi secara rahasia (clandestine). 
Beberapa yang berada di eselon atas mengendalikan botnet-botnet  (sekumpulan piranti lunak komputer yang bekerja otonom dan otomatis)  yang terdiri dari sekitar 1.000 PC beroperasi Windows yang telah  terinfeksi virus. 
Botnet bisa dikontrol tanpa sepengetahuan  pengguna PC bahwa komputernya telah diserang DDOS (penyangkalan layanan  terdistribusi atau distributed denial of service) untuk kemudian dipakai  menyerang organisasi-organisasi yang menjadi target serangan peretas. 
Selama  chat terundang melalui salah satu kanal IRC Anonymous inilah kelompok  peretas mendiskusikan serangan balasan terhadap laman Gawker menyusul  pernyataan bernada menghina dari pemiliknya yang asal Inggris, Nick  Denton, terhadap terminal pesan internet (messageboard) 4chan, yang populer di kalangan anggota Anonymous. 
Kelompok  peretas ini kemudian merundingkan rencana untuk mendistribusikan "file"  dari 1,3 juta alamat dan password email yang dicurinya. 
Satu  analisis oleh Joseph Bonneau dari kelompok keamanan komputer pada  Universitas Cambridge, memperkirakan bahwa Anonymous melancarkan  serangan terkonsentrasi untuk mencari sejumlah password milik Denton  pada situs perencanaan bisnis Campfire miliknya. Lalu password-password  bobol itu dikumpulkan untuk dipakai memasuki jaringan komputer Gawker. 
"Tingkat  keamanan (komputer) Gawker sangat mungkin berada di atas rata-rata,"  kata Bonneau. Tapi tetap saja bisa dibobol Anonymous. 
WikiLeaks  tidak memiliki hubungan dengan Anonymous. Kelompok ini juga tidak memuji  dan tidak pula mengecam perang cyber yang dilancarkan demi laman peniup  peluit itu. 
Namun pekan ini Julian Assange mengimbau para  pendukungnya untuk melindungi situsnya dari instrumen-instrumen  kebijakan luar negeri AS, sembari menunjuk Visa, MasterCard dan PayPal. 
Beberapa  hari kemudian kelompok peretas membunuh laman Kejaksaan Swedia setelah  Assange disidangkan di sebuah pengadilan Inggris karena tuduhan  pemerkosaan di Swedia. Serangan ini mendorong Downing Street 10 (kantor  PM Inggris) untuk memperingatkan serangan terhadap situs lembaga-lembaga  pemerintahan Inggris. 
Daftar target serangan jauh lebih panjang dibandingkan mereka yang mencampakkan WikiLeaks. 
Serangan  cyber terkoodinasi pertama dari Anonymous dilancarkan terhadap Church  of Scientology pada 2008 setelah lembaga ini menuntut iklan pencabutan  rekrutmen lewat video di web yang dibintangi oleh Tom Cruise. 
Serangan terhadap Gawker dinamai Operation Overlord dan bertujuan menciptakan kerusakan dahsyat dalam sistem dan database milik musuh-musuh WikiLeaks. 
Operasi  peretasan lainnya adalah Operation Leakspin, yang mendistribusikan  kawat-kawat diplomatik AS dari WikiLeaks yang dinilai paling  disembunyikan dan paling memalukan, serta menyebarkan propaganda  pro-WikiLeaks. 
Kini, Anonymous merilis pernyataan setebal tiga  halaman yang ditulis banyak orang tapi tidak ditandatangani, berjudul  Free Thinking Citizens of the World. 
Traktat penuh kemurkaan ini  menyebutkan, "Banyak orang yang merasa memahami Anonymous, namun sebagai  sebuah entitas amorf (tak berbentuk) Anonymous itu acak-acakan dan sama  sekali anonim." 
Meskipun para penulisnya tak bernama, dokumen  itu jelas merupakan hasil karya satu kelompok kecil, kendati retorikanya  tidak menunjukkan itu. 
"Jadi adalah ganjil untuk mencoba mengkarakterisasi atau menjelaskan Anonymous," kata kelompok peretas ini. 
"Diantara  desingan suara lebah pemikiran, gagasan dan impian, satu-satunya  karakteristik umum yang bisa dipersepsikan orang adalah ini hanya  gagagan-gagasan yang menempel pada kekuatan terbesar dari manusia secara  keseluruhan," tambah dokumen itu mengutip alegori Thomas Jefferson  bahwa informasi adalah "mata uang demokrasi". 
Meskipun diselubungi rahasia, para anggota Anonymous agak memasarkan diri, lewat rangkaian poster, video, topeng, dan logo. 
Poster-posternya  yang berupa orang tak berkepala adalah simbol dari kelompok tak  berpemimpin sehingga polisi dan pemerintah, bahkan para korban mereka,  berusaha keras mencari tahu siapa sebenarnya Anonymous. 
Di tengah  kenekatan mereka, ada isyarat bahwa kelompok itu berada dalam bahaya  karena para penegak hukum aktif memburu anggota-anggota kelompok  tersebut di bawah dakwaan membocorkan informasi. 
Sedikitnya tiga  orang yang disangka ambil bagian dalam Operation Payback, termasuk dua  remaja asal Belanda, telah ditahan lewat dakwaan tersebut.
Sumber - Mediaindonesia
Sepak Terjang Kelompok Hacker 'Anonymous'
Sepak Terjang Kelompok Hacker 'Anonymous'
Unknown
12/20/2010
Labels:
anonymous
                              ,
                              
cyber news
                              ,
                              
internet
                              ,
                              
wikileaks

 
2 comments
Anonymous
wuakakakakakak
Post a Comment